Minggu, 03 April 2016

SDI - Diplomasi Indonesia di ASEAN ( Tresna Puspa Hanifah - 2014230105)

NamaTresna Puspa Hanifah
NRP2014230105
Tugas Review Diplomasi Indonesia di ASEAN
Diplomasi Indonesia di ASEAN memiliki beberapa strategi,yaituPertamaberdasarkan pertimbangan rasional berdasarkannon-cooperativegame theorymaka strategi diplomasi Indonesiaharuslah berdasarkan informasiFungsi dalam mengumpulkaninformasi sebagai salah satu fungsi dalam suatu misi diplomatikmenurut Pasal 1 (3) Konvensi Wina 1961 tentang RelasiDiplomatikmenemukan relevansinyaSelanjutnya yang kedua,strategi diplomasi Indonesia berdasarkan proyeksi skenariodilemma kultural di ASEAN adalah:
1)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah berkarakter egaliterdan ekspansif. Para negosiator atau diplomat yangditurunkan adalah mereka yang mampu membangun we feeling dengan kuat.
2)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah berupa prosesmekanisme diplomatik yang egaliternamun denganpembagian peran berdasarkan gender yang jelas.Kemampuan bernegosiasi yang baik dalam rangkamempertahankan atau memrebut posisi tertentu berikutkepentingan materialnya.
3)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah berbentukperlombaan dengan waktu. Di poin ketiga inisemua pihaksecara setara menentukan agenda negosiasi secara efisien,bahkan untuk menghemat dan mempersingkat waktu,diplomasi tak ubah dari sekedar ajang voting.
4)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah fulfillment-oriented cultureKecenderungannya tiap negara akan bekerjasendiri-sendiriPendekatan yang harus dilakukan adalahpersonal sekaligus egaliter.
5)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah erkarakter egaliterdengan internal control yang kuatDalam hal ini setiapnegara haruslah melakukan diplomasi yang secara esensiharus menonjolkan interdependensi satu sama lain.
6)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah berkarakteremosional dan maskulinDiplomasi dalam konteks ini lebihcenderung menunjukan pola pembagian peran denganbatasan gender yang tegas dan diiringi oleh orientasi yangbersifat materiil. Dari sinidiplomasi mengandalkan paradiplomat yang sangat kompetitif dan kuat mempertahankanposisi dengan memaksimalkan penggunaan perasaan.
7)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah berkaraktersequential dan emosional. Diplomat yang melakukanmisinya dalam skenario ini bertindak sebagai time keeper yang afektif.
8)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah berkarakter personaldan emosional, di mana diplomasi sejatinya adalah sebuahupaya untuk membentuk persahabatan atau hubungan lebihdari sekedar sahabat.
9)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah berkarakteremosional dengan internal control yang kuat. Dari pola ini,diplomasi menjadi sangat sensitif pada isu-isu yang terkaitdengan kebijakan maupun urusan domestikDari sini pula,secara rasional akhirnya negara-negara ASEAN lebihmemilih untuk meneguhkan prinsip non-interference dalamASEAN way.
10)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah menunjukan wajahtradisi patriarkis yang melembaga di jajaran diplomatiknya.
11)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah berkarakter maskulindan personal. Kaku dan sangat hati-hatiadalah ciri-ciriumum gaya diplomasi.
12)
Strategi diplomasi Indonesia haruslah memiliki kulturpolitik yang konservatifDimana para diplomat Indonesiaharuslah memiliki profil internasional yang tinggi dancenderung menonjol baik dalam hal positif dan negatif.
Indonesia adalah pionir dalam mendorong terciptanyakawasan regional di Asia Tenggara. Pada tahun 1967, Indonesiatercatat sebagai salah satu “founding father” ASEAN dan sejakitu pula Indonesia terus memainkan peran penting dalampenyusunan visi dan misi ASEAN, termasuk dalam rencanapembentukan ASEAN Community 2015. Asia Tenggaramerupakan salah satu kawasan terpenting di dunia yang selalumenjadi perhatian masyarakat global. Populasi masyarakatASEAN saat ini mencapai hampir 600 juta jiwa dengan Gross Domestic Product (GDP) sebesar USD700 miliar dan akan terusmeningkat seiring dengan perkembangan integrasi regional.Indonesia memiliki kepentingan di ASEAN sebagai porosterdepan dalam lingkup geopolitik nasional. Indonesia jugamerepresentasikan demokrasi dan dalam hal jumlah populasipenduduk serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Indonesia juga menyumbangkan angka yang signifikan terhadappertumbuhan market ASEAN, sebagai salah satu pasar yang paling potensial di tingkat internasional. Secara keseluruhanselama periode JanuariDesember 2010, kunjungan tingkatKepala Negara Pemerintah RI, baik dalam rangka menghadirievent internasional maupun dalam rangka kunjungan bilateraltelah dilakukan ke 12 negara. Presiden RI menghadiri enampertemuan internasional dalam tingkat KTT. Pertemuandimaksud adalah KTT ASEAN ke-16 di Hanoi, Vietnam, KTT Oslo Climate and Forest Conference, KTT G20 di Toronto, KTT ASEAN ke-17 dan KTT terkait lainnya di Hanoi, KTT G-20 di Seoul dan KTT APEC di Yokohama. 
Penguatan hubungan bilateral dengan negara-negara yangbertetangga langsung dengan Indonesia dan negara-negarakawasan Asia Tenggara lainnya mutlak diperlukan untukmenciptakan kawasan yang damaiaman dan stabil danmemastikan kepentingan nasional
Indonesia dapat terjamin. Negara-negara dimaksud adalahsemua negara anggota ASEAN,
Timor Leste, Papua Nugini, Australia, dan Palau. Kepentingan-kepentingan nyata yang dimiliki
Indonesia dengan negara-negara tetangga di kawasan antara lainadalah:
1.
Penyelesaian perundingan batas wilayah Indonesia;
2.
Penanganan masalah-masalah lintas batas;
3.
Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI), khususnyaTenaga Kerja Indonesia
(TKI);
4.
Peningkatan hubungan ekonomimencakup perdagangan,investasipariwisata dan tenaga kerja;
5.
Peningkatan hubungan sosial budaya.

SUMBER
Buku:
Syaltout, Mahmud. Dilema Kultural Dalam StrategiDiplomasi Indonesia di ASEAN. Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia (UI-Press), 2012.
Website:


SDI - Diplomasi Indonesia di ASEAN (Umia Nurmalani - 2014230124)

Umia Nurmalani 2014230124

HUBUNGAN DIPLOMASI INDONESIA-ASEAN

Salah satu faktor pendorong lahirnya ASEAN adalah adanya persamaan nasib dimana seluruh rakyat dan bangsa di Asia Tenggar selama setengah abad mengalami penderitaan yang sama sebagai daerah jajahan bangsa Barat dan Jepang sehingga menimbulkan perasaan setia kawan yang kuat di kalangan bangsa Asia Tenggara. Di samping itu ada pula persamaan kepentingan. Semua negara di kawasan ini saling membutuhkan satu sama lain. Mereka hidup pada perairan laut yang sama yaitu Selat Malaka dan Selat Sunda. Perairan ini merupakan urat nadi lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia. Juga merupakan pintu gerbang utama di sebelah barat. ASEAN dibentuk berdasarkan deklarasi bangkok pada tanggal 8 agustus 1967 dan ditandatangani olek ke-5 tokoh pendiri yaitu Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Thanat Khoman (Muangthai), Rajaratnam (Singapura) dan Narciso Ramos (Filipina).

ASEAN merupakan fondasi politik luar negeri Indonesia yang penting bagi terciptanya stabilitas dan keamanan Indonesia. Dengan eksistensi ASEAN, maka negara-negara di Asia Tenggara yang menjadi anggotanya, termasuk Indonesia mampu berkembang tanpa campur tangan kekuatan-kekuatan besar di luar kawasan. Kepentingan Indonesia dalam ASEAN, yaitu:
Peningkatan citra baik Indonesia di mata internasional, yang dapat diwujudkan dengan keaktifan Indonesia dalam menciptakan stabilitas regional Asia Tenggara;
Penciptaan keharmonisan regional Asia Tenggara, yang berarti penting bagi pencegahan berbagai perang besar diantara negara-negara Asia Tenggara. ASEAN mampu menjadi sarana untuk meningkatkan rasa saling percaya dan menjadi bentuk diplomasi preventif bagi negara-negara yang menjadi anggota ASEAN;
Pencegahan masuknya serangan dan subversi dari luar, yang dimaksud ialah, dengan adanya ASEAN dan terciptanya hubungan baik negara-negara Asia Tenggara, maka Indonesia dapat terhindar dari serangan asing dari utara;
Kebutuhan Indonesia akan adanya alat tawar menawar internasional, yang merujuk pada kepentingan Indonesia untuk berhubungan dengan kekuatan-kekuatan luar;
Peningkatan bobot internasional Indonesia dalam diplomasi internasional baik dalam bidang politik, ekonomi, dan keamanan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa diplomasi Indonesia dilakukan untuk memastikan terjaminnya kepentingan nasional Indonesia, tujuan pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, konsolidasi demokrasi dan pencapaian keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sesuai dengan perkembangan dinamika hubungan internasional baik pada level kawasan dan global dewasa ini, kebijakan politik luar negeri dan diplomasi Indonesia tetap mengacu pada pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, yang semata didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.

Indonesia yang merupakan salah satu aktor penting dalam pembentuk ASEAN sebagai organisasi yang memiliki eksistensi di Asia. Strategi yang kemudian dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai kepentingannya di ASEAN ialah dengan mendekatkan diri kepada negara-negara terdekat yang masuk dalam wilayah ASEAN. Salah satunya ialah hubungan Indonesia dengan Singapura. Hubungan diantara kedua negara ini terbilang cukup baik, dimana masing-masing pihak berada pada posisi yang saling menguntungkan. Dengan menormalisasikan hubungan diplomatiknya dengan Indonesia, Singapura menaruh perhatian penuh kepada Indonesia sebagai negara yang dianggap cukup baik untuk menjalin persahabatan. Kendati hubungan Indonesia dengan Singapura sempat memanas pada tahun 1968, namun hal tersebut tidak menjadikan kedua negara ini mengalami konflik yang berkepanjangan.
Terdapat pula hubungan antara Indonesia dan Thailand yang terbilang tidak cukup dekat, akan tetapi pada masa Soeharto yang mencanangkan kerjasama dalam regional yang kemudian membuat hubungan di antara kedua negara ini membaik. Hal ini terbukti dari adanya dukungan Indonesia terhadap Thailand melalui AFTA (ASEAN Free Trade Area) untuk pembangunan ASEAN yang didukung pula oleh Singapura dan Malaysia. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peranannya di ASEAN selain dengan mendekatkan hubungan kepada negara-negara terdekat, Indonesia juga rajin mempromosikan berbagai forum regional maupun internasional agar dapat mencapai tujuan utamanya yakni adanya keamanan dan tertib di kawasan regional.

Sumber:
May Rudy Teuku. 2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Refika Aditama
www.kemenlu.go.id
Bhakti Ikrar Nusa. 1997. Isu-Isu Strategis dalam Politik Luar Negeri. Jakarta: PPW-LIPI
Suryadinata Leo. 1998. Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto. Jakarta: LP3ES

SDI - Diplomasi Indonesia dan ASEAN (Fauzan Azhima - 2013230105)

Nama : Fauzan Azhima
NRP : 2013230105
Review Diplomasi Indonesia di ASEAN
Politik luar negeri Negara anggota ASEAN tidak dapat dipisahkan dari dinamika hubungan antara faktor-faktor domestic dan internasional. Politik luar negeri dan diplomasi Indonesia dilakukan untuk memastikan terjaminnya kepentingan nasional Indonesia, tujuan pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, konsolidasi demokrasi dan pencapaian keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sesuai dengan perkembangan dinamika hubungan internasional baik pada level kawasan dan global dewasa ini, kebijakan politik luar negeri dan diplomasi Indonesia tetap mengacu pada pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, yang semata didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.
Negara Besar. Sejak masa Sukarno, Negara-negara besar memang telah dipandang sebagai ancaman luar sebagaimana telah dijelaskan di muka. Suharto sendiri, walaupun menekankan pentingnya ancaman domestic, ia secara konsisten menentang segala bentuk campur tangan asing di kawasan Asia Tenggara. Suharto memandang keberadaan basis-basis militer di Negara Asia Tenggara merupakan ancaman potensial ketahanan nasional Negara anggota ASEAN. Dalam pandangan Suharto basis-basis militer itu merupakan langkah awal untuk menekan pemerintah di ASEAN.
Indonesia paska-Suharto terfokus pada upaya pemulihan ekonomi nasional yang hancur sebagai akibat dari krisis keuangan yang menimpa Asia. Indonesia dipaksa IMF untuk melakukan berbagai penghematan dalam pengenluaran Negara. Tekanan ini berdampak negatif pada kondisi kesejahteraan rakyat. Tekanan Barat terhadap presiden Habibie berkaiatan dengan kasus Timor Timur memaksa Indonesia menerima pelaksanaan jajak pendapat yang akhirnya memisahkan Indonesia dari Timor Timur. Pergantian presiden dari Habibie ke Abdurrahman Wahid belum sepenuhnya mampu menegakkan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Walaupun presiden Gus Dur melakukan perjalanan internasional ke berbagai negara untuk mendapatkan bantuan dan simpati internasional, perekonomian rakyat tidak segera pulih. Kasus Brunei gate bahkan akhirnya memaksa presiden Gus Dur turun dari tahta kepresidenan.
Presiden Megawati yang menggantikan Gus Dur harus menghadapi kenyataan yang tidak kalah pahitnya. Tekanan domestic dan internasional, khususnya Amerika, mendorong Megawati untuk melancarkan kebijakan luar negeri bebas aktif. Pada April 2003, saat Amerika tengah melancarkan invasi ke Iraq, Megawati melakukan perjalanan ke Eropa Timur dan Rusia. Perjalanan ke Rusia diharapkan Megawati untuk mengimbangi tekanan Amerika yang sedemikian kuat terhadap aksi-aksi terorisme di Indonesia (Bom Bali 12 Oktober 2002, dan Bom Hotel J.W. Marriot 5 Oktober 2003).
Bulan Juni 2003 atau sesudah kunjungan Megawati ke Rusia dan Eropa Timur, Indonesia mulai berusaha kembali untuk tampil dalam pentas kepemimpinan ASEAN. Dalam pertemuan ASEAN Ministerial Meeting di Pnomh Penh, Indonesia menggulirkan gagasan tentang ASEAN security community. Dalam Pertemua Puncak ASEAN ketujuh di Bali Oktober 2003 gagasan Indonesia ini disepakati dan ASEAN mencanangkan ASEAN Economic Security.



Referensi: Dr. Bambang Cipto, MA. 2007. Hubungan Internasional Di Asia Tenggara Teropong Terhadap Dinamika Realitas Dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.