Minggu, 03 April 2016

SDI - Diplomasi Indonesia dan ASEAN (Fauzan Azhima - 2013230105)

Nama : Fauzan Azhima
NRP : 2013230105
Review Diplomasi Indonesia di ASEAN
Politik luar negeri Negara anggota ASEAN tidak dapat dipisahkan dari dinamika hubungan antara faktor-faktor domestic dan internasional. Politik luar negeri dan diplomasi Indonesia dilakukan untuk memastikan terjaminnya kepentingan nasional Indonesia, tujuan pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, konsolidasi demokrasi dan pencapaian keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sesuai dengan perkembangan dinamika hubungan internasional baik pada level kawasan dan global dewasa ini, kebijakan politik luar negeri dan diplomasi Indonesia tetap mengacu pada pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, yang semata didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.
Negara Besar. Sejak masa Sukarno, Negara-negara besar memang telah dipandang sebagai ancaman luar sebagaimana telah dijelaskan di muka. Suharto sendiri, walaupun menekankan pentingnya ancaman domestic, ia secara konsisten menentang segala bentuk campur tangan asing di kawasan Asia Tenggara. Suharto memandang keberadaan basis-basis militer di Negara Asia Tenggara merupakan ancaman potensial ketahanan nasional Negara anggota ASEAN. Dalam pandangan Suharto basis-basis militer itu merupakan langkah awal untuk menekan pemerintah di ASEAN.
Indonesia paska-Suharto terfokus pada upaya pemulihan ekonomi nasional yang hancur sebagai akibat dari krisis keuangan yang menimpa Asia. Indonesia dipaksa IMF untuk melakukan berbagai penghematan dalam pengenluaran Negara. Tekanan ini berdampak negatif pada kondisi kesejahteraan rakyat. Tekanan Barat terhadap presiden Habibie berkaiatan dengan kasus Timor Timur memaksa Indonesia menerima pelaksanaan jajak pendapat yang akhirnya memisahkan Indonesia dari Timor Timur. Pergantian presiden dari Habibie ke Abdurrahman Wahid belum sepenuhnya mampu menegakkan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Walaupun presiden Gus Dur melakukan perjalanan internasional ke berbagai negara untuk mendapatkan bantuan dan simpati internasional, perekonomian rakyat tidak segera pulih. Kasus Brunei gate bahkan akhirnya memaksa presiden Gus Dur turun dari tahta kepresidenan.
Presiden Megawati yang menggantikan Gus Dur harus menghadapi kenyataan yang tidak kalah pahitnya. Tekanan domestic dan internasional, khususnya Amerika, mendorong Megawati untuk melancarkan kebijakan luar negeri bebas aktif. Pada April 2003, saat Amerika tengah melancarkan invasi ke Iraq, Megawati melakukan perjalanan ke Eropa Timur dan Rusia. Perjalanan ke Rusia diharapkan Megawati untuk mengimbangi tekanan Amerika yang sedemikian kuat terhadap aksi-aksi terorisme di Indonesia (Bom Bali 12 Oktober 2002, dan Bom Hotel J.W. Marriot 5 Oktober 2003).
Bulan Juni 2003 atau sesudah kunjungan Megawati ke Rusia dan Eropa Timur, Indonesia mulai berusaha kembali untuk tampil dalam pentas kepemimpinan ASEAN. Dalam pertemuan ASEAN Ministerial Meeting di Pnomh Penh, Indonesia menggulirkan gagasan tentang ASEAN security community. Dalam Pertemua Puncak ASEAN ketujuh di Bali Oktober 2003 gagasan Indonesia ini disepakati dan ASEAN mencanangkan ASEAN Economic Security.



Referensi: Dr. Bambang Cipto, MA. 2007. Hubungan Internasional Di Asia Tenggara Teropong Terhadap Dinamika Realitas Dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar