DIPLOMASI
INDONESIA DENGAN AMERIKA PASCA KEMERDEKAAN
(1990-2000)
Amerika serikat telah memiliki
hubungan bilateral dengen Indonesia untuk waktu yang lama dan seperti lazimnya
dinamika hubungan, hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia juga mengalami
pasang surut. Walaupun begitu upaya-upaya untuk meningkatkan hubungan dengan
Amerika Serikat merupakan salah satu prioritas diplomasi indonesia. Oleh karena
itu kebijakan politik luar negri yang menguntungkan kedua belah pihak sangat
diperlukan dalam rangka mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional
serta meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dan juga demi tercapainya
kepentingan nasional Amerika Serikat itu sendiri.
Pada tahun 1988-1991, Amerika yang
aktif dalam PECC dan APEC pun dijadikan landasan kerjasama ekonomi politik
antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Bush juga cukup simpatik terhadap Indonesia
dengan mengirimkan wakil presiden Quale ke ASEAN sampai dua kali pada tahun
1990-an (Wanandi, 1991). Namun, selama pemerintahan Bush juga terjadi masalah
solidaritas agama Islam, karena AS yang melakukan konfrontasi terhadap Irak dan
membiarkan Israel menduduki Gaza dan West Bank, sehingga memunculkan opini
publik Indonesia yang merasa tidak puas dengan sikap AS.
Selebihnya,perkembangan isu hak-hak asasi dan perkembangan demokrasi menjadi
fokus antara Indonesia dan Amerika Serikat saat itu.
Setelah
kepemimpinan Soeharto lengser pada tahun 1998, pemimpin-pemimpin Indonesia
terhadap Amerika Serikat semakin “melunak”. Indonesia yang tidak lagi menunjukan
kecenderungan memihak negara komunis semakin terlihat ketika Perang Dingin
berakhir pada awal tahun 1990-an, yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet.
Amerika Serikat yang kemudian memiliki kesempatan untuk menjadi negara adikuasa
dalam dunia internasional semakin mengajak negara-negara lain untuk pro
terhadap tindakan Amerika Serikat dengan demokratisasinya. Berbagai kebijakan
pun dilaksanakan AS demi mempengaruhi sistem internasional. Diplomasi AS
Indonesia berlanjut ketika Indonesia berkeinginan untuk membeli pesawat F-16.
Namun tidak terwujudkan setelah presiden soeharto membatalkan pesawat tersebut.
Kemudian Indonesia mengambil langkah baru dengan berpaling ke Rusia, dan Rusia
menyambut dengan baik dengan menawarkan pesawat Su-30KI. Pada 1996 Indonesia
melakukan pemesanan sebanyak 12 pesawat Su-30KI. Indonesia sangat berharap
dengan pembelian Sukhoi ini akan meningkatkan martabat Indonesia dimata Dunia,
namun keadaan berbeda. Pembelian pesawat ini tidak lepas dari tekanan AS dan
sekutunya yang tidak ingin Indonesia memiliki pesawat tersebut. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada
1998 memaksa Indonesia membatalkan pembelian Sukhoi dari Rusia ini. Gagalnya
pembelian ini membuat kekuatan Angakatan Udara Indonesia mengalami stagnasi dan
semakin parah ketika tahun 1999 sampai dengan 2005, Amerika dan sekutunya
memberlakukan Embargo Militer terhadap Indonesia. Embargo militer yang
dilakukan AS sejak tahun 1999 kepada Indonesia benar-benar telah melemahkan dan
bahkan hampir melumpuhkan militer Indonesia terutama Angkatan Udara Indonesia.
Cikal bakal penjatuhan embargo
senjata oleh Amerika Serikat berawal dari keputusan Presiden Soeharto untuk
menyerang wilayah Timor-Timur. Sebelumnya Indonesia meminta izin kepada Amerika
untuk menyerang wilayah Timor-timur dengan alasan Pemberantasan Komunisme. Pada
saat itu bantuan berdatangan dari pihak AS. Saat penyerangan tersebut sudah
berlanjut. Amerika menjatuhkan embargo militer terhadap Indonesia karena
dianggap telah melakukan pelanggaran HAM dalam penyerangan Timor-Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar