Minggu, 27 Maret 2016

SDI - Diplomasi Indonesia dan AS pasca kemerdekaan (Fajar Ramadhan - 2014230139)


DIPLOMASI INDONESIA DENGAN AMERIKA PASCA KEMERDEKAAN

(1990-2000)



Amerika serikat telah memiliki hubungan bilateral dengen Indonesia untuk waktu yang lama dan seperti lazimnya dinamika hubungan, hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia juga mengalami pasang surut. Walaupun begitu upaya-upaya untuk meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat merupakan salah satu prioritas diplomasi indonesia. Oleh karena itu kebijakan politik luar negri yang menguntungkan kedua belah pihak sangat diperlukan dalam rangka mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dan juga demi tercapainya kepentingan nasional Amerika Serikat itu sendiri.

Pada tahun 1988-1991, Amerika yang aktif dalam PECC dan APEC pun dijadikan landasan kerjasama ekonomi politik antara Indonesia dengan Amerika Serikat.  Bush juga cukup simpatik terhadap Indonesia dengan mengirimkan wakil presiden Quale ke ASEAN sampai dua kali pada tahun 1990-an (Wanandi, 1991). Namun, selama pemerintahan Bush juga terjadi masalah solidaritas agama Islam, karena AS yang melakukan konfrontasi terhadap Irak dan membiarkan Israel menduduki Gaza dan West Bank, sehingga memunculkan opini publik Indonesia yang merasa tidak puas dengan sikap AS. Selebihnya,perkembangan isu hak-hak asasi dan perkembangan demokrasi menjadi fokus antara Indonesia dan Amerika Serikat saat itu.

Setelah kepemimpinan Soeharto lengser pada tahun 1998, pemimpin-pemimpin Indonesia terhadap Amerika Serikat semakin “melunak”. Indonesia yang tidak lagi menunjukan kecenderungan memihak negara komunis semakin terlihat ketika Perang Dingin berakhir pada awal tahun 1990-an, yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet. Amerika Serikat yang kemudian memiliki kesempatan untuk menjadi negara adikuasa dalam dunia internasional semakin mengajak negara-negara lain untuk pro terhadap tindakan Amerika Serikat dengan demokratisasinya. Berbagai kebijakan pun dilaksanakan AS demi mempengaruhi sistem internasional. Diplomasi AS Indonesia berlanjut ketika Indonesia berkeinginan untuk membeli pesawat F-16. Namun tidak terwujudkan setelah presiden soeharto membatalkan pesawat tersebut. Kemudian Indonesia mengambil langkah baru dengan berpaling ke Rusia, dan Rusia menyambut dengan baik dengan menawarkan pesawat Su-30KI. Pada 1996 Indonesia melakukan pemesanan sebanyak 12 pesawat Su-30KI. Indonesia sangat berharap dengan pembelian Sukhoi ini akan meningkatkan martabat Indonesia dimata Dunia, namun keadaan berbeda. Pembelian pesawat ini tidak lepas dari tekanan AS dan sekutunya yang tidak ingin Indonesia memiliki pesawat tersebut.  Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998 memaksa Indonesia membatalkan pembelian Sukhoi dari Rusia ini. Gagalnya pembelian ini membuat kekuatan Angakatan Udara Indonesia mengalami stagnasi dan semakin parah ketika tahun 1999 sampai dengan 2005, Amerika dan sekutunya memberlakukan Embargo Militer terhadap Indonesia. Embargo militer yang dilakukan AS sejak tahun 1999 kepada Indonesia benar-benar telah melemahkan dan bahkan hampir melumpuhkan militer Indonesia terutama Angkatan Udara Indonesia.

Cikal bakal penjatuhan embargo senjata oleh Amerika Serikat berawal dari keputusan Presiden Soeharto untuk menyerang wilayah Timor-Timur. Sebelumnya Indonesia meminta izin kepada Amerika untuk menyerang wilayah Timor-timur dengan alasan Pemberantasan Komunisme. Pada saat itu bantuan berdatangan dari pihak AS. Saat penyerangan tersebut sudah berlanjut. Amerika menjatuhkan embargo militer terhadap Indonesia karena dianggap telah melakukan pelanggaran HAM dalam penyerangan Timor-Timur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar