Nama: Arief
Darmawan
NRP: 2014230099
Review
konferensi meja bundar
Latar Belakang
konferensi meja bundar
Sejak perundingan pertama, hubungan Indonesia dengan
Belanda semakin menegang. Bagi pemerintah Republik Indonesia, meningkatnya
ketegangan datang dari dua jurusan. Pertama, dari Belanda yang terus berusaha
mendesak Republik untuk menerima rencananya yang hanya menguntungkan pihaknya
sendiri. Kedua, dari dalam negeri sendiri dengan timbulnya gejolak politik dan
krisis pemerintahan.
Agresi militer Belanda yang kedua adalah bukti dari
keruntuhan perjanjian Renville. Kekerasan yang dilakukan Belanda dinamakan
“politionele actie”. Tindakan tersebut dilakukan dengan alasan bertindak
terhadap pemusuh, teroris dan pengacau. Padahal maksud sesungguhnya adalah
untuk menghancurkan Republik yang menghalangi kembalinya pemerintahan kolonial
di kepulauan nusantara. Terdapat pula pertimbangan lain mengapa Belanda
melancarkan aksi militer kedua. Menurut keyakinan Belanda, Republik Indonesia
sudah tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan lagi setelah terjadinya
pembrontakan partai komunis di Madiun.
Saat sedang berlangsung serangan Belanda atas
Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948, diadakan sidang darurat Kabinet.
Sjarfruddin Prawiranegara dengan inisiatifnya sendiri berhasil membentuk
pemerintah darurat republik Indonesia pada tanggal 22 Desember 1948. Tidak lama
setelah Yogyakarta diduduki Belanda, pemimpin Republik Indonesia yang ditahan
di gedung negara, diangkut Belanda ke Sumatra. Tekanan dari dewan keamanan pada
akhirnya membuat pemerintah Belanda memberikan kebebesan bergerak kepada
pemimpin republik Indonesia di pulau Bangka. Kebebasan itu juga memberi
kesempatan untuk menerima kunjungan-kunjungan dari luar. Pembicaraan dilakukan
dengan penjabat-penjabat kolonial, pemimpin musyawarah federal, dan tokoh-tokoh
Republik Indonesia yang tidak di tahan serta anggota-anggota UNCI yang
menggantikan komite jasa-jasa baik. Pertemuan tersebut bersifat perundingan dan
sesungguhnya pemimpin RI melaksanakan diplomasi walaupun dalam keadaan status
tahanan. Diplomasi perjuangan berlanjut berdasarkan pernyataan Roem-Roijen.
Pada tanggal 22 Juni 1949 diadakan perundingan formal antara RI, pertemuan
musyawarah federal, dan belanda , dibawah pengawasan komite PBB yang diketuai
Critchley yang dikenal dengan konferensi Roem-Roijen. Hasil dari konferensi
tersebut akan disusun dalam sebuah memorandum yang merupakan pedoman dalam
Konferensi Meja Bundar.
Sementara pada tanggal 4 Agustus 1949 pemerintah
Republik Indonesia menyusun delegasi untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar
yang terdiri dari Drs Moh.Hatta (Ketua), Mr. Moh.Roem, Prof. Dr. Soepomo,
dr.J.Leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo. Kolonel T. B. Simatupang dan Mr.
Muwardi.
Konferensi Meja Bundar diselenggrakan di Den Haag,
Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai dengan tanggal 2 November 1949. Delegasi
Indonesia dipimpin Drs. Moh Hatta, BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari
Pontianak KMB dan delegasi dari Belanda dipimpin oleh Mr. Van Marseveen. Dari
PBB dipimpin oleh Crittchlay.
Hasil Konferensi
Meja Bundar
- Setelah melakukan perundingan cukup lama, maka diperoleh hasil dari konferensi
- tersebut. Berikut merupakan hasil KMB:
- Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
- Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
- Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
- Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
- Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
- Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang TentaraKerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa paraanggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.Dampak Konferensi meja bundarKonferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup menggembirakan bagibangsa Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari KMB berpihak pada bangsa Indonesia,sehingga dampak positif pun diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dari Konferensi Meja Bundar bagi Indonesia:
- Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
- Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.
- Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
- Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.Selain dampak positif, Indonesia juga memperoleh dampak negatif, yaitu belum diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Sehingga Indonesia masih berusaha untuk memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat merupakan bagian dari NKRI.Sumber:Panitia Penulisan Sejarah Diplomasi RI. (2004). Sejarah Diplomasi Republik Indonesia dari Masa ke Masa Periode 1945-1950. Jakarta: Departemen Luar NegeriDanang Endarto. Supraptono 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IX. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar