Minggu, 27 Maret 2016

SDI - Diplomasi Indonesia dan AS pasca kemerdekaan (Romi Zainur Rahman - 2014230138)

Nama : Romi Zainur Rahman
NRP : 2014230138
Mata Kuliah  : Sejarah Diplomasi Indonesia

HUBUNGAN DIPLOMASI AMERIKA SERIKAT DENGAN INDONESIA PADA TAHUN 1980 – 1990

Pada hubungan antara kedua negara ini yaitu Amerika Serikat dengan Indonesia berjalan dengan tidak lancar, tetapi masih bisa dikatakan stabil karena diplomasi kedua negara tersebut. Arah hubungan kedua negara ini sebenarnya bergantung kepada pemimpin kedua negara tersebut, karena mengarah kepada ideologi dan kepercayaan serta sistem pemerintahan dan politik yang mereka gunakan.
Pada era Soeharto ini, Politik Luar Negeri yang dijalankan Indonesia bertujuan untuk menarik investor asing untuk memberikan modal dalam pembangunan Indonesia. Dengan politik luar negeri ini pun membuat Amerika yang merupakan negara kaya menjadi target utama Indonesia sehingga Indonesia pun berusaha untuk menormalisasikan hubungan dengan Indonesia. Soeharto menganggap Amerika Serikat sebagai pihak yang mampu memberikan bantuan ekonomi cukup besar bagi Indonesia (Smith,2003)
Pada masa pemerintahan Reagan (1980-1988), hubungan antara Indonesia dan AS tidak banyak mengalami gangguan. Yang menjadi masalah dalam hubungan Indonesia-AS adalah hal-hal yang menyangkut hubungan multilateral atau global dan yang bersifat regional di Asia Pasifik. Contohnya adalah keengganan Administrasi Reagan dalam meningkatkan kemampuan militer, melalui SEA-NWFZ (South East Asian Nuclear Weapon Free Zone) dari ASEAN, serta permasalahan ekonomi liberal, perdagangan bebas, melalui kerjasama regional seperti PECC dan APEC. Dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan AS, Presiden Soeharto untuk ketiga kalinya mengunjungi AS pada tahun 1982, kemudian Reagan membalasnya pada tahun 1986 dengan mengunjungi Bali.  Bantuan AS dalam ODA untuk Indonesia berkurang, namun secara implisit AS selalu mendukung kebijakan-kebijakan Indonesia. Sempat hampir terjadi kesalahpahaman antara AS dan Indonesia ketika AS mengalami dilemma untuk menentukan calon dubes baru untuk Indonesia, sampai akhirnya presiden Carter mengumumkan dubes baru untuk Indonesia ketika kunjungan presiden Soeharto ke Washington DC.(Wanandi, 1991). Namun hal ini masih dapat dikatakan stabil, karena perangkat-perangkat kedua belah pihak dapat menjalankan kerjasama dengan baik, misalnya Deplu dengan Departement of State, ABRI dengan Department of Defense. Juga dibangunnya hubungan pertukaran budaya dalam pembentukan KIAS (Kebudayaan Indonesia-Amerika Serikat). Selain hubungan ekonomi, Indonesia dan AS juga bekerja sama dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Dibentuknya KIAS (Kebudayaan Indonesia-Amerika Serikat) menjadi jembatan untuk menyorot prkembangan dalam negeri Indonesia di bidang hak-hak asasi, rule of law, proses demokrasi, dan sebagainya. Selain itu, juga banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di AS sejak pertengahan tahun 1970-an.
Pada masa pemerintahan Bush (1988-1991). Di kawasan Asia Pasifik, Bush sangat mendukung APEC dan PECC dan menjadikannya sebagai landasan kerjasama regional yang terpenting dalam bidang ekonomi dan politik. Bush juga cukup simpatik terhadap Indonesia dengan mengirimkan wakil presiden Quale ke ASEAN sampai dua kali pada tahun 1990-an (Wanandi, 1991). Namun, selama pemerintahan Bush juga terjadi masalah solidaritas agama Islam, karena AS yang melakukan konfrontasi terhadap Irak dan membiarkan Israel menduduki Gaza dan West Bank, sehingga memunculkan opini publik Indonesia yang merasa tidak puas dengan sikap AS. Selebihnya,perkembangan isu hak-hak asasi dan perkembangan demokrasi menjadi fokus antara Indonesia dan Amerika Serikat saat itu.


Sumber :
http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-90958-SSI%20II%20%20Indonesian%20Foreign%20Policy-IndonesiaUSA%20Relationship%20Fluctuation.html
https://www.academia.edu/9989140/Dinamika_Hubungan_Indonesia_-_Amerika_Serikat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar